Kamis, 26 April 2012

Puncak, Tradisional atau Modern?

Puncak, daerah yang melingkupi beberapa kecamatan, seperti Ciawi, Cimacan, dan Cipanas, tidak lagi asing di telinga kita. Puncak telah lama menjadi salah satu tempat peristirahatan yang terkenal dengan udara sejuk dan kedekatannya dengan alam Jawa Barat. Walau seringkali didera oleh kemacetan berjam-jam, terutama pada hari-hari raya dan hari libur sekolah, tampaknya banyak masyarakat yang belum segan menikmati udara dan istirahat sejenak dari penatnya kota Jakarta di kawasan Puncak. Sepanjang perjalanan menuju Puncak yang memakan waktu sekitar dua sampai tiga jam, bergantung pada lalu lintas, pemandagan berupa pegunungan, pohon-pohon tinggi, perkebunan teh, dan pedesaan masih dapat dijumpai oleh mata kita. Tidak hanya pemandangan alam, kiri dan kanan dari jalan yang normalnya dapat dilewati dua mobil ini padat dengan berbagai penjual buah dan sayuran serta makanan kecil seperti kerupuk dan ubi cilembu, toko-toko bangunan, rumah makan, toko-toko barang antik, hotel, dan villa-villa sewaan. Rumah makan-rumah makan tersebut mayoritas adalah rumah makan yang menyajikan hidangan Sunda, Padang, satay ayam dan kambing, dan berbagai makanan rumahan lainnya. Rumah-rumah makan ini pun beragam, mulai dari yang berukuran cukup besar hingga yang seukuran warung pinggir jalan. Untuk penginapan, hotel-hotel yang tersebar di Puncak dapat dikatakan memadai dan nyaman, dilihat dari pembangungan berbagai hotel baru dan renovasi berbagai hotel lama. Tempa-tempat rekreasi setempat juga disediakan bagi kita, seperti wisata petik buah strawberry, taman buah, dan Taman Matahari.
Sebagai daerah pedesaan yang terletak di antara dua kota besar, Bandung dan Jakarta, perubahan dan pencampuran budaya dapat terlihat dimana-mana. Berbagai tanda modernisasi dapat dijumpai diantara kesan lokal dan pedesaan. Belum dapat dikatakan apakah hal ini adalah bentuk persaingan atau bukti bahwa dua budaya berbeda dapat hidup berdampingan dengan rukun. Rumah-rumah sederhana milik penduduk bersanding dengan berbagai gedung hotel, rumah makan, dan butik mewah.  Gaya hidup penduduk setempat juga telah dirasuki oleh berbagai budaya perkotaan. Iklan jaringan telepon dan penjual-penjual kartu telepon tersebar di pinggir jalan ditunjang dengan hampir tiap penduduk yang sepertinya telah menjadi pengguna telepon genggam. Berbagai baju yang dijual di toko-toko pinggir jalan juga telah mengadopsi model dan gaya baju perkotaan, walaupun sebagian besar penduduk masih berpakaian baju sederhana dan using.  Delman / andong yang beberapa tahun lalu mudah dijumpai di sekitar pasar kini mulai tergantikan oleh sepeda motor dan angkot yang semakin merajalela. Tidak dapat dipastikan apakah perubahan ini ditujukan untuk menciptakan kenyamanan lebih bagi pengunjung sehingga menarik lebih banyak wisatawan atau hanya sekadar bukti keserakahan pengusaha-pengusaha yang dapat menarik keuntungan dari perkembangan ini. Di satu sisi, perubahan ini tentunya juga dapat memberi dampak positif bagi warga setempat yang mungkin akan merasakan kehidupan yang lebih nyaman dengan semua fasilitas telepon genggam dan modernisasi lainnya. Di sisi lain, perubahan harus dibayar dengan hilangnya kekhasan dari daerah Puncak sebagai tempat peristirahatan yang tenang, damai, dan berudara sejuk dan bersih. Banyak yang mengatakan bahwa udara Puncak tidak lagi sesejuk beberapa tahun lalu. Hal ini dapat disebabkan karena semakin padatnya gedung-gedung tinggi dan bangunan di daerah Puncak. Udara yang bersih dan keadaan tenang di beberapa tempat sekarang dapat terganggu dengan asap kendaraan bermotor dan riuhnya suara lalu lintas yang ramai. Hal yang membuat Puncak digemari oleh sebagian besar orang dapat dengan mudah hilang dengan modernisasi dan perubahan untuk lebih maju.
Saat ini, melewati jalanan Puncak, kita masih dapat merasakan kekhasan Puncak melalui penjual tradisional, keramahan masyarakat yang belum terpengaruh individualisme perkotaaan, penjual asongan di sekitar mobil yang terkena kemacetan, dan udara yang sejuk. Namun, siapa tahu, dalam beberapa dekade ke depan hal-hal ini akan digantikan oleh toko-toko yang lebih modern, penduduk yang semakin terpaku pada telepon genggam masing-masing, dan gedung-gedung modern bertingkat yang menutupi pemandangan pegunungan dan pepohonan.